Aku Tumbuh Menjadi Laki-Laki Seperti Ayah

aku-tumbuh-mejadi-laki-laki-seperti-ayah

30 tahun yang lalu
Aku baru berusia 5 tahun ketika bertanya pada ayah tentang apa yang menjadi cita-citanya saat kecil.
Ayah tersenyum dan mengangkatku ke pangkuannya, lalu berkata, "Ayah hanya ingin tumbuh menjadi seorang laki-laki seperti kakekmu. Yang selalu bekerja keras untuk mencukupi segala kebutuhanmu, menjamin kamu selalu bahagia, dan menyekolahkanmu setinggi mungkin sampai kamu berhasil meraih cita-citamu."

Di bulan berikutnya kami mengunjungi kakek dan nenek di desa. Aku menghabiskan banyak waktu dengan memancing di sungai bersama kakek. Kakek memandangku sambil tersenyum, "Kamu sangat mirip ayahmu. Tumbuhlah menjadi seorang laki-laki seperti ayahmu. Maka ayahmu akan sangat bangga padamu seperti kakek sangat bangga kepadanya."

28 tahun yang lalu
Ayah pulang dari kantor dengan membawa sepasang raket badminton untukku. Aku sangat senang dengan hadiah itu dan spontan meminta ayah untuk bermain denganku. Sambil tersenyum ayah menjawab, "Bermainlah dengan teman-temanmu, masih ada pekerjaan yang harus ayah selesaikan."
Aku hanya balas tersenyum dan mengangguk. Sebelum keluar rumah untuk bermain, aku memandangi foto ayah dan kakek di dinding. Wajah mereka sangat mirip. Dalam foto itu ayah seusiaku sekarang. Ayah dan kakek tampak tertawa bahagia bersama sambil memegang kail pancing mereka.
Aku kemudian melihat ayah yang telah sibuk membuka berkas-berkas yang dibawanya dari kantor. Dalam hati aku bertekad, "Aku akan tumbuh menjadi seorang laki-laki seperti ayah."


Seminggu kemudian aku terserang demam tinggi dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Aku terjaga ketika mendengar suara mobil ayah memasuki pekarangan rumah. Ayah pulang kantor lebih awal setelah ibu mengabarkan aku sakit. Telepon di ruang tengah berdering, kudengar ayah mengangkatnya.
"Wa'alaikumsalam ayah." Rupanya kakek yang menelpon.
"Maaf ayah, aku belum bisa pulang. Pekerjaanku di kantor sangat banyak dan cucumu sedang sakit. Banyak hal yang harus aku pikirkan dan kerjakan saat ini."
Tak lama setelah menutup telepon, ayah memasuki kamarku. Ia duduk di sisi ranjang, tersenyum sambil menggengam tanganku. "Cepatlah sembuh nak. Lekaslah besar dan tumbuh lebih kuat dari ayah."

25 tahun yang lalu
Aku melihat ayah menangis saat menerima kabar bahwa kakek telah meninggal. Ia tampak sangat terpukul. Kami segera bergegas menuju desa tempat ayah dilahirkan. Ternyata kakek telah dimakamkan sebelum kami sampai. Disamping pusara kakek, ayah menangis sejadinya. Sudah lima tahun sejak kali terakhir ayah bertemu kakek.
Nenek memeluk erat tubuh ayah. Kudengar ia berkata lirih, "Tak perlu bersedih nak. Ayahmu selalu bangga memiliki anak seperti kamu. Karena kamu telah tumbuh menjadi seorang laki-laki seperti dia."

20 tahun yang lalu
Ayah mengajakku untuk bermain badminton bersama di akhir pekan itu. Tapi aku menolaknya, "Maaf ayah, aku tidak bisa. Aku telah memiliki janji dengan teman-teman untuk pergi ke mal."
Ketika sampai di ambang pintu, kudengar ayah berkata pada ibu, "Anakku benar-benar tumbuh menjadi laki-laki seperti aku."

10 tahun yang lalu
Setelah menjadi sarjana, kini aku merintis karir pada sebuah perusahaan asing di ibukota. Aku tenggelam dalam pekerjaanku dan bertekad untuk melakukan yang terbaik agar memiliki karir yang cemerlang.
Hari itu ketika sampai di rumah kontrakanku ayah menelpon, "Apakah lebaran tahun ini kamu pulang nak?"
"Maaf ayah, aku tidak bisa pulang lebaran kali ini. Pekerjaanku tidak mungkin ditinggalkan." Jawabku.
"Tidak apa-apa nak. Bagaimanapun juga ayah padamu bangga karena telah tumbuh menjadi laki-laki seperti ayah."

Hari ini
Alhamdulillah, kini aku telah menikah dengan seorang perempuan cantik dan sholeha. Dikaruniai seorang anak laki-laki sehat dan cerdas yang kini berusia tujuh tahun. Aku telah berhasil menduduki posisi penting di perusahaan asing tempatku bekerja. Memastikan kebutuhan anakku tercukupi, dan biaya pendidikannya telah tersedia hingga jenjang tertinggi.

Hari beranjak siang, dan pekerjaan di kantor sangat banyak ketika aku menerima SMS dari istriku yang mengabarkan bahwa putra kami mengalami demam tinggi. Tanpa pikir panjang, segera aku mengemasi dokumen-dokumen penting yang memenuhi mejaku dan memasukan mereka dalam koper. Yang ada dibenakku hanyalah secepat mungkin pulang ke rumah guna melihat keadaan anak laki-lakiku.

Saat keluar dari lift ponselku berdering. Telpon dari ayah.
"Assalamu'alaikum." Suara ayah yang kini tak lagi setegar dulu lirih di telingaku.
"Wa'alaikumsalam ayah. Ada apa gerangan?" Jawabku sambil terus melangkah menuju tempat mobilku terparkir.
"Tidak ada yang penting nak." Suara ayah terdengar semakin lirih, "Ayah hanya rindu dan ingin bertemu denganmu. Dapatkah kamu pulang akhir pekan ini."
"Maaf ayah, aku belum bisa pulang." Jawabku agak kesal, "Pekerjaanku di kantor sangat banyak dan cucumu sedang sakit. Banyak hal yang harus aku pikirkan dan kerjakan saat ini."

aku-tumbuh-mejadi-laki-laki-seperti-ayah

Sesampai di rumah, aku bergegas memasuki kamar anakku. Kulihat senyum lebar menghiasi wajahnya yang mirip dengaku saat aku duduk di sisi ranjang dan menggenggam tangannya.
"Cepatlah sembuh nak. Lekaslah besar dan tumbuh lebih kuat dari ayah." Kataku untuk memberi semangat padanya.
Anak laki-lakiku menggelengkan kepala. "Tidak ayah, Aku akan tumbuh menjadi seorang laki-laki seperti ayah."

Segera kuambil ponsel sambil menahan gemuruh rindu pada wajah mirip denganku yang kali terakhir aku lihat lima tahun yang lalu.

Suara lirih yang tak setegar dulu itu menyapaku, "Asalamu'alaikum nak. Ada apa gerangan?"
Sembari menahan tangis aku menjawab, "Wa'alaikumsalam ayah. Aku mohon agar ayah mendoakan cucu ayah lekas sembuh. Sehingga aku dapat segera membawanya serta pulang menemui ayah."
Kali ini kudengar suara yang setegar dulu menjawab terharu. "Tentu nak, tentu. Ayah tunggu kepulanganmu dan anak laki-lakimu yang semoga kelak tumbuh menjadi laki-laki sepertimu itu."

Saat menutup pembicaraan kami, aku tahu bahwa disana ayah tersenyum bahagia sambil berkata, "Anakku telah tumbuh menjadi laki-laki sepertiku.

0 Response to "Aku Tumbuh Menjadi Laki-Laki Seperti Ayah"

Posting Komentar